Indahnya Toleransi dan Kebersamaan di Kenduri Desa Damai FKPT Bali

ADA yang menarik dari program Kenali Dan Peduli Lingkungan Sendiri (Kenduri) Desa Damai yang dilaksanakan Forum Komunikasi Penanggulangan Teroris (FKPT) Bali. Kegiatan yang dilaksanakan di Wantilan Banjar Sesana Jangu, Desa Duda, Kecamatan Selat, kabupaten Karangasem, 16 November 2023 itu tak hanya menarik namun juga seru,

Menarik, karena terungkap indahnya toleransi di tengah keberagaman masyarakat. Salah satunya diungkapkan Menurut Syafiudin, warga muslim dari kampung Sinduwati, desa Sidemen yang juga perwakilan MUI Karangasem. Dikatakan, toleransi, kebersamaan dan persatuan warga muslim dan warga Hindu Bali sudah berlangsung sejak lama.

Bahkan nenek moyang warga muslim sejak kedatangannya beratus tahun lalu, sudah turut “ngayah” untuk desa. Karenanya toleransi di desa Sinduwati sudah sangat kuat sedari dulu. Tidak ada gesekan atau konflik antara warga setempat, justru saling bekerja sama dan gotong royong.

“Berbicara mengenai radikalisme dan terorisme, jelas itu adalah perilaku orangnya, bukan ajaran agama. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan atau radikalisme.” Ujar Syafiudin.

Kebersamaan juga ditunjukkan sekira 90 peserta dari berbagai unsur perangkat desa tersebut dibagi ke dalam sejumlah kelompok untuk mendiskusikan permasalahan dan ancaman radikalisme di masyarakat kemudian mempresentasikannya, Begitu pula saat makan siang bersama ala tradisi khas masyarakat Karangasem yang disebut “magibung”.

Kenduri Desa Damai sebagai program Bidang Media, Hukum, dan Humas FKPT Bali tersebut dihadiri sejumlah undangan antara lain Kesbangpol Kabupaten Karangasem, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Karangasem, Kementerian Agama Kabupaten Karangasem, Camat Selat, Kapolsek Selat, Koramil Selat, Kepala Desa Duda). Sedangkan peserta adalah masyarakat lintas agama Kabupaten Karangasem, sert [erangkat desa dan unsur/elemen masyarakat di Desa Duda, Duda Timur, dan Duda Utara.

Acara dibuka dengan laporan panitia sekaligus sambutan oleh Ketua Forum Komunikasi Penanggulangan Teroris (FKPT) Bali, Drs. I Gusti Ngurah Wiryanata, M.Si., dilanjutkan sambutan BNPT Pusat, dan sambutan Kepala Dinas Sosial, PPPA dan PPKB Kabupaten Karangasem, sekaligus membuka acara. Pemaparan materi disampaikan oleh narasumber Ajeng Asih Rianasari (Sub Koordinator Bina Masyarakat BNPT), I Komang Daging, S.Sos., M.Si. (Kepala Dinas Sosial PPPA &PPKB Kabupaten Karangasem), dan Yosep Adi Prasetyo (Pegiat media nasional).

Ajeng Asih Rianasari menyampaikan, dari data BNPT, anak-anak dan perempuan lebih rentan terpapar paham radikalisme dan terorisme dibandingkan laki-laki. Kenapa anak-anak, karena di usia tersebut mental mereka masih belum stabil dan mereka sedang mencari jati diri.

“Kondisi anak anak yang masih labil, sangat mudah dipengaruhi paham radikalisme dan terorisme. Terlebih anak-anak yang berasal dari mantan anggota terorisme, akan sangat mudah untuk terpengaruh jika tidak mendapat pendampingan yang intensif dari semua pihak baik keluarga maupun masyarakat sekitar,” ujarnya.

Di sisi lain I Komang Daging, S.Sos., M.Si. Kepala Dinas Sosial, PPPA dan PPKB menyampaikan, salah satu permasalahan masyarakat yang harus ditangani secara komprehensif adalah kemiskinan. Dalam hal ini kemiskinan memiliki relevansi dengan dengan radikalisme dan terorisme. Kemiskinan menjadi faktor pemicu timbulnya terorisme yang dilakukan oleh kelompok marginal.
“Untuk menanggulangi tindakan terorisme secara komprehensif, diperlukan upaya pengentasan kemiskinan di samping upaya deradikalisasi. Tercapainya program Dinas Sosial P3A PPKB berupa terpenuhinya hak anak dan perempuan serta terselesaikannya permasalahan kemiskinan diharapkan mampu menanggulangi penyebaran paham radikalisme serta tindakan terorisme,” demikian I Komang Daging.