FKPT Provinsi Kalbar Ajak Masyarakat Kedepankan Nilai-Nilai Kebangsaan

Foto bersama kepala kesbangpol saggau, Pejabat BNPT,pengurus FKPT, Forkopimcam Tayan Hilir dan peserta pada kegiatan Kenduri Desa Siaga pada Rabu (15/5/24) di Keraton Tayan Sanggau

Sanggau (FKPT Kalbar) – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Barat lakukan kegiatan Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri (KENDURI) untuk mewujudkan Desa Siaga dan Resiliensi dalam pencegahan param Radikalisme dan Terortisme.

Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan kehidupan bermasyarakat, pelaksanaan ini dilakukan di Kabupaten Sanggau Kecamatan Tayan Hilir. FKPT juga turut bekerjasama dengan Tokoh masyarakat seperti Raja dari Kesultanan Tayan serta masyarakat sekitar.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Sanggau Antonius menyebutkan, kegiatan ini merupkan suatu tindakan nyata yang dilakukan untuk melawan paham radikalisme dan terorisme.

“Tentunya kegiatan ini sangat penting untuk mengupayakan agar paham paham radikal tidak tersebar, khusunya bagi masyarakat Kabupaten Sanggau,” ujarnya saat dikonfirmasi usai kegiatan Kenduri yang dilaksanakan di Keraton Pakunegara Kesultanan Tayan pada Rabu (15/5/2024).

Antonius juga mengatakan kegiatan ini seharusnya bisa rutin dilakukan setiap bulan sekali, agar pemaham nilai-nilai kebangsaan kita tetap terjaga dengan baik.

“Kalau bisa kegiatan ini bisa rutin dilakukan, baik itu dari FKPT sendiri maupun dari organinasi pemerintah lainya, karena ini sangat penting untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan kita,” ungkapnya.

Raja Kesultanan Tayan Gusti Yusri mengatakan dirinya memandang penting aspek pencegahan dengan pendekatan lunak dalam upaya mewaspadai berkembangnya radikalisme dan terorisme.

“Salah satu upaya penanggulangan terorisme melalui Kearifan Lokal yang ada di daerah dengan menggunakan sarana Kenduri salah satunya. Kenduri pada dasarnya merupakan upacara adat permohonan doa yang dipanjatkan dengan tujuan syukuran, meminta keselamatan dan keberkahan kepada sang penguasa alam melalui perjamuan makanan,” ujarnya.

Gusti juga mengatakan bahwa berbagai strategi pencegahan telah diupayakan, melalui konsep pentahelik dengan melibatkan lima unsur yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media. Ia meyakini pendekatan lunak melalui kearifan lokal sangat efektif dalam menangkal paham radikalisme terorisme.

Berita ini telah terbit di SUARAKALBAR.CO.ID