BNPT dan Ikhtiar Menjaga Negara dengan Cinta
SELAMAT ULANG TAHUN BNPT KE-15
Pontianak, FKPTKalbar ~ Situasi dunia sekarang ini tidak sedang baik-baik saja. Perang darat di Timur Tengah, dan perang tarif Trump, menguras energi dan membawa dampak yang sangat menyakitkan. Di Tengah ancaman langsung dan tidak langsung, bangsa ini  terdampak juga oleh situasi itu.
Oleh karena itu menjadi tugas kita semua untuk terus menjaga bangsa ini. Indonesia, dengan keragaman etnis, agama, dan budaya, membutuhkan strategi yang lebih manusiawi dan menyentuh sisi batin masyarakatnya.
Dalam konteks inilah, pendekatan baru yang dipilih Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) patut diapresiasi. Pada Rapat Kerja Nasional FKPT XII di awal tahun 2025, BNPT menggagas konsep pendekatan cinta dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme di Indonesia — sebuah langkah progresif yang menempatkan nilai kemanusiaan di atas segalanya.
Selama lima belas tahun kiprahnya, BNPT telah menjalankan berbagai program strategis: dari pencegahan, penanggulangan, deradikalisasi, rehabilitasi mantan pelaku teror, hingga membangun ketahanan masyarakat melalui edukasi dan kampanye damai. Kini, dengan semangat cinta, BNPT menegaskan bahwa cara terbaik melawan kekerasan bukanlah dengan kekerasan, melainkan dengan merawat sisi kemanusiaan, membangun dialog, dan menciptakan ruang empati di tengah masyarakat.
Gagasan ini secara filosofis menunjukkan kesadaran bahwa cinta adalah nilai universal yang dimiliki setiap manusia, melampaui batas agama, suku, ras, dan ideologi. Sejarah agama dan filsafat mengajarkan bahwa cinta adalah landasan relasi antar manusia. Bila pelaku kekerasan mengatasnamakan cinta kepada Tuhan untuk melakukan kekerasan, maka negara perlu hadir dengan cinta yang memanusiakan, menenangkan, dan melembutkan, bukan cinta yang dibajak menjadi alat kebencian dan kekerasan.
Cinta bekerja jauh lebih efektif daripada kekerasan karena menyentuh sisi emosional terdalam manusia. Banyak studi menunjukkan bahwa perubahan perilaku dan cara pandang lebih mudah terjadi ketika seseorang merasa diterima, dihargai, dan disayangi — bukan ketika ditekan atau dimusuhi. Dalam konteks deradikalisasi, pendekatan cinta menjadi penting karena pelaku teror kerap lahir dari pengalaman keterasingan, luka sosial, dan kegagalan mendapatkan pengakuan atas eksistensi diri dan kelompoknya.
Cinta memiliki daya rekat sosial yang kuat. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, cinta mampu menjadi medium yang menyatukan perbedaan, meredam potensi konflik, dan memperkuat solidaritas kebangsaan. Ketika cinta dipertemukan dengan cinta — bukan dengan kebencian — maka tercipta ruang aman untuk berdialog, memaafkan, dan membangun kembali kepercayaan kepada sesama.
Pendekatan cinta ini bukan berarti lunak terhadap ancaman, melainkan menghadirkan ketegasan yang tetap berlandaskan nilai kemanusiaan. Negara hadir bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga pelindung hati warganya.
Memperingati ulang tahun BNPT ke-15, kita patut mengapresiasi semangat baru ini. Lima belas tahun adalah usia yang cukup matang untuk terus berinovasi. Pendekatan cinta bukan sekadar slogan, melainkan fondasi kokoh untuk membangun Indonesia yang damai, bersatu, dan beradab. Mari kita jaga negara ini dengan cinta, karena bangsa besar adalah bangsa yang mampu menyelesaikan persoalan besar dengan hati yang lapang dan cinta yang tulus.
Selamat ulang tahun BNPT, teruslah menjadi pelita yang menjaga negeri ini dengan cinta. (*)
Oleh: Dr. Yusriadi (Ketua FKPT Provinsi Kalimantan Barat)