Jadi Narasumber Seminar Internasional, Ketua FKPT Jatim Sampaikan Pentingnya Deradikalisasi Al-Qur’an

Surabaya, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Prof. Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag., menekankan urgensi deradikalisasi dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an pada International Seminar bertema “Reinterpreting Islam: Addressing Misinterpretations and Reviving Authentic Practices”.

Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Ampel Surabaya dan dihadiri oleh akademisi serta mahasiswa dari dalam dan luar negeri, Kamis (24/04/2025).

Dalam paparannya berjudul “Deradikalisasi Penafsiran Al-Qur’an: Meluruskan Kesalahpahaman tentang Jihad, Kafir dan Khilafah”, Prof. Titik, sapaan akrabnya menyoroti bagaimana fanatisme keagamaan yang sempit telah memicu kekerasan dan terorisme global.

“Penafsiran yang salah terhadap konsep jihad, kafir, dan khilafah telah menjadi legitimasi bagi tindak kekerasan. Contohnya kasus serangan 11 September 2001 dan Bom Bali 2002 yang berakar dari klaim jihad yang keliru. Ini yang harus kita luruskan” tegasnya.

Menurut Prof. Titik, jihad dalam Al-Qur’an bukan semata-mata bermakna perang, melainkan perjuangan menyeluruh—baik secara spiritual, sosial, maupun moral—yang hanya dibenarkan dalam konteks pembelaan diri.

“Sementara istilah “kafir”, telah dimanipulasi oleh kelompok radikal untuk memicu kebencian, padahal Islam mengajarkan hidup berdampingan dalam perbedaan keyakinan,” jelasnya

Lebih lanjut, ia membedah konsep khilafah yang kerap disalahgunakan sebagai pembenaran untuk mendirikan negara Islam dengan kekerasan. “Khilafah yang benar adalah kepemimpinan moral yang berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan, bukan dominasi kekuasaan,” jelasnya, seraya mengutip pandangan tokoh-tokoh Islam seperti Ibnu Khaldun dan Said Aqil Siradj.

Mengakhiri paparannya, Prof. Titik menekankan bahwa pendidikan agama yang moderat, pembelajaran tafsir yang kontekstual, serta dialog antaragama adalah strategi utama dalam membangun masyarakat yang inklusif dan damai. “Islam adalah rahmat bagi semesta, bukan sumber ketakutan,” pungkasnya.