Gelaran ASIK BANG, Tumbuhkan Rasa Kebangsaan pada Anak Muda
FKPT DIY, Yogyakarta – Guna menumbuhkan rasa kebangsaan serta menangkal radikalisme dan terorisme pada masa sekarang, anak muda yang suka musik diajak oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY untuk bermain musik mengadu perfomance mereka dalam Acara ASIK BANG (Aksi Musik Anak Bangsa), bertempat di Café Tarumartani Yogyakarta, Kamis (25/5/2023).
Selain para anak muda peserta yang mau menampilkan kebolehannya, pada kesempatan itu juga hadir beberapa tamu undangan dari Polda DIY, Lanud Adisutjipto, Korem 072 Pamungkas, Direktur PT. Tarumartani, dan BNPT.
Acara ini menampilkan 8 peserta 6 kategori solo dan 2 kategori band, dengan menampilkan lagu wajib berupa lagu – lagu nasional sebagai lagu wajib dan lagu-lagu daerah sebagai lagu pilihan. Sementara bertindak sebagai Juri Nanang Henri Priyatno dari Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) dan Dr. Chairul Slamet dari ISI Yogyakrta, serta Monica Irena Donatirin S.IP, M.PA dari Kesbangpol DIY.
Hasil penampilan dari para peserta akhirnya dewan juri menentukan, terpilih dari kategori band adalah Grup Band Modal Sewu, sedangkan kategori solo adalah Nunung Dwi. Keduanya akan mewakili DIY untuk maju tingkat nasional di acara serupa.
Sekertaris FKPT DIY Dewo Isnu Broto Imam Santoso, S.H mewakili Ketua FKPT DIY yang berhalangan hadir dalam laporannya mengemukakan, bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang kedua. Pihaknya berharap kegiatan semacam ini, atas kerjasama FKPT dan Badan Kesbangpol DIY dapat melakukan sosialisasi terhadap kegiatan anti narkoba dan radikalisme.
“Kita tahu radikalisme ini cukup mengkhawatirkan dan korbannya kebanyakan dari generasi muda yang diawali dari kelompok – kelompok yang ada di DIY ini,” ujarnya.
Lebih lanjut Dewo Isnu menegaskan, bahwa kita berupaya untuk melakukan pencegahan agar radikalisme di Yogyakarta tidak berkembang.
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT. Tarumartani Nur Achmad Affandi menjelaskan, Tarumartani yang merupakan perusahaan milik daerah itu adalah pabrik cerutu warisan Belanda sejak tahun 1918, dengan berjalannya waktu pabrik ini kemudian diambil alih oleh pihak Kraton, pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IX.
“Tarumartani ini berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya taru adalah daun dan martani berarti kehidupan. Tarumartani artinya Daun Kehidupan,” beber Nur Achmad.
Dikatakan, seiring dengan perkembangan zaman selain pabrik cerutu maka pengelolaan Tarumartani mengembangkan juga dengan café, yang pada awalnya hanya untuk nongkrong anak muda tetapi pada akhirnya sampai sekarang setiap malam mengadakan life music dengan jenis music yang berbeda – beda. “Kami berharap café ini bisa memberikan kesibukan bagi anak- anak muda untuk mengurangi dampak radikalisme,” tandas Nur Achmad.
Sementara itu, Kasubdiv Pemberdayaan Masyarakat BNPT DIY Kolonel Zeni Rahmat Suhendro berharap agar bagaimana bisa meningkatkan peran masyarakat terutama pemuda di dalam keseharian untuk tidak melakukan atau menjauhi kekerasan dengan membuat kegiatan yang bisa mecontoh di tempat ini (Tarumartanai).
“Pasalnya di mana- mana sekarang sering terjadi kekerasan di semua kalangan. Sebagai contoh guna mengurangi hal tersebut , seperti pada saat sekarang ini yaitu dengan bermain musik melantunkan lagu – lagu nasional dan lagu daerah agar supaya bisa menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebangsaan pada anak muda,” ujar Rahmat. (nun)