FROM BULLET TO BALLOT, Waspadai Strategi Baru Para Teroris

Pangkalpinang, FKPT Babel – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menerima kunjungan pejabat baru Kasatgaswil Densus 88 Kepulauan Bangka Belitung, AKBP. Maslikan bersama dengan Nursyamsi selaku Kasubdit Intel Polda Kepulauan Bangka Belitung di Ruang Pertemuan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kamis,10/08/2023)

Dalam kesempatan tersebut Ketua FKPT Babel, Sri Wahyuni didampingi Subardi, sekretaris dan Aroni, bendahara FKPT Babel. Sri Wahyuni dalam sambutannya menyampaikan tentang situasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dimana sepanjang tahun 2021 terjadi penindakan terhadap 6 (enam) orang terduga terlibat aksi terorisme,  serta kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan FKPT Babel selama ini.

Kasatgaswil Densus 88 Babel, AKBP. Maslikan sangat menyambut baik pertemuan ini, guna untuk mendapatkan banyak masukan tentang kondisi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini. Beliau juga menyampaikan saat ini diperlukan langkah-langkah komprehensif untuk menanggulangi terorisme. kegiatan itu baik bersifat jangka pendek, menengah dan panjang yang nanti memerlukan pelibatan banyak pihak, seperti Kepolisian, Kesbangpol, FKPT dan lainnya. “menarik, daerah yang selama ini dipersepsikan sebagai zona aman (zona hijau) rupanya memiliki persoalan yang juga memerlukan perhatian tidak berbeda dari wilayah-wilayah yang dikategorikan zona kuning (kurang aman) dan zona merah (bahaya)”,ungkap AKBP. Maslikan. 

Beliau juga menyampaikan aksi terorisme saat ini dapat dibagi dalam struktural, non-struktural dan lone wolf. Aksi terorisme juga saat ini menggunakan pendekatan dari hard approach menjadi soft approach dengan strategi baru “from bullet to ballot” (dari peluru ke sosial, pen). Hal ini bisa jadi yang menyebabkan aksi terorisme yang akhir-akhir ini terasa berkurang secara kuantitas. “dalam gerakannya, para pengusung ideologi kekerasan saat ini menerapkan strategi kombinasi antara apa yang dulu mereka sebut sebagai jihad perang dengan jihad lain (melalui politik, pendidikan dan lain sebagainya). Ini yang harus diwaspadai ke depan, tidak jarang didapati lembaga pendidikan mereka diresmikan pejabat di daerah, namun belakangan diketahui dalam lembaga tersebut membiasakan ideologi kekerasan, seperti latihan berperang dan lain sebagainya ”, paparnya.

Diakhir kegiatan beliau juga menyampaikan bahwa saat ini Satgaswil babel, sedang menyusun berbagai program pencegahan penyebaran ideologi kekerasan di masyarakat. “kami sebagai pejabat yang baru lagi memformulasikan kegiatan-kegiatan kedepan yang nanti akan kita kerjakan secara besama. Harapannya, setelah ada konsepnya nanti kita akan bersama-sama mendiskusikannya lagi. Bisa jadi misalnya dalam bentuk “Kampung Tangguh Ideologi”, ungkap Kasatgas wil.