FKPT Aceh Sebut 85 persen Pemuda Rentan Terpapar Paham Radikal
BANDA ACEH – Ketua Forum Koordinasi dan Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, Mukhlisuddin menyebut sekitar 85 persen generasi muda, perempuan dan anak-anak rentan terpapar paham radikalisme. Hal itu disampaikannya usai kegiatan Pelibatan Pemuda Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Dengan Pitutur Kebangsaan “Ekpresi Indonesia Muda” di Ruang Teater, Gedung Museum UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, Kamis, (15/9). “Oleh karena itu kita ajak para pelajar untuk belajar memahami agar lebih paham dan sebagai pencegahan paham radikalisme,” kata Mukhlisuddin.
Mukhlisuddin mengatakan secara historis, masyarakat Aceh sangat terbuka bahkan beberapa kota di Aceh seperti Peunayong, Takengon dan Pusong Lhokseumawe yang memiliki tiga sampai empat rumah ibadah menjadi bukti bahwa masyarakat Aceh sangat toleran.
Selain itu, Mukhlisuddin menjelaskan, ada beberapa ciri-ciri orang yang sudah terpapar paham radikal yakni, tidak mengakui negara kesatuan, pancasila dan memiliki paham taqfiri (suka mengkafirkan). “Puncak radikal di Aceh adalah 2010 dan sekarang melandai. Tugas kami yaitu mengantisipasi agar terjadi lagi puncak berikutnya,” ujarnya. Sementara itu, Mukhlisuddin sedikit menyinggung sosok Abubakar Basyir yang menjadi tersangka dan terpidana karena terbukti mendanai pelatihan Terorisme di Jalin Jantho Aceh Besar, pada 2010 lalu. “Pelatihan Terorisme di Jalin Jantho Aceh Besar itu harus menjadi pelajaran dan ingatan sejarah bagi pemuda di Aceh, bahwa Aceh punya sejarah kelam mengenai radikalisme dan terorisme,” tukasnya. Pada kesempatan yang sama, FKPT Aceh dan Pengelola Mata Kuliah Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (UPT MKU) Universitas Syiah Kuala, akan menerbitkan buku bersama dengan tema “Pencegahan terorisme berbasis kearifan lokal di Aceh”
“Gagasan ini sekaligus untuk mengajak masyarakat dan pemuda untuk mencegah berbagai bentuk dan strategi mengenai radikalisme dan terorisme di Aceh. FKPT berharap, Aceh menjadi daerah yang nyaman dan terbebas dari isu radikalisme dan terorisme ke depannya,” tutup Mukhlisuddin.