BNPT Bersama FKPT Aceh Lakukan Sosialisai Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Desa Pancasila Meulaboh
MEULABOH – Radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa ini, sehingga harus bersama-sama dalam mencegah muncul dan berkembangnya paham dan aksi radikal terorisme tersebut.
Hal ini disampaikan Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Kolonel Czi. Rahmad Suhendro pada acara Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri (KENDURI) Desa Damai yang digelar Forum Koordinasi dan Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh di Desa Kuta Padang, Johan Pahlawan, Meulaboh, Aceh Barat, Selasa (14/3/2023).
Acara digelar di Gampong Kuta Padang, lantaran daerah itu dijuluki Desa Pancasila, yang diharap dapat menjadi Gampong percontohan untuk pencegahan radikalisme dan terorisme.
“Sebagaimana kita ketahui terorisme adalah tindak kejahatan luar biasa yang melanggar Hak Asasi Manusia,” kata Rahmad Suhendro.
Dijelaskan, hasil survei BNPT tahun 2019 menyebut, faktor paling efektif mereduksi Potensi Radikalisme secara berturut turut adalah diseminasi sosial media, internalisasi kearifan lokal, perilaku kontra radikal dan pola pendidikan keluarga pada anak.
“Dampaknya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan pada harta benda, merusak stabilitas dan ketahanan negara, terutama dalam sisi ekonomi, pertahanan, keamanan, sosial budaya, dan lain sebagainya. Terorisme menjadi ancaman bagi peradaban modern dan merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia, tidak memandang suku, ras, agama, agama, dan negara,” ujarnya.
Untuk itu–lanjut dia–penanggulangan radikalisme dan terorisme tidak bisa dilakukan hanya oleh aparatur keamanan semata, namun dibutuhkan sinergi kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat tanpa terkecuali, karena bahaya terorisme menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan, status sosial, suku, ras dan agama tertentu.
“Oleh karena itu kami mendorong simpul-simpul organisasi perempuan yang mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisir massa dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama melawan segala bentuk paham dan propaganda kelompok radikal terorisme, setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing–masing,” lanjut Rahmad Sandro.
Sementara Ketua FKPT Aceh Dr Dr. Mukhlisuddin Ilyas, M.Pd melaporkan kegiatan tersebut dihadiri 90 peserta dari aparatur desa, masyarakat, camat dan Babinkamtibmas.
Acara kenduri ini dilakukan untuk memberi pemahaman dan wawasan kepada elemen masyarakat, mengenai pentingnya kearifan lokal dalam pencegahan terorisme, dan segala ancaman yang terkait dengan terorisme.
“Pelaksanaan acara di Desa Pancasila yang kita harap dapat memnjadi Desa percontohan untuk penanggulangan radikalisme dan terorisme di Aceh. Itu penting karena Aceh memiliki nilai-nilai sejarah yang kosmopolitan, tentu memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal harus menjadi pengawal Aceh, dari segala ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme,” kata Mukhlisuddin Ilyas.
Lanjut Mukhlis, dalam perspektif sejarah orang Aceh sulit terpapar radikalisme dan terorisme, namun faktanya, ada beberapa putra Aceh yang terlibat dalam kelompok terorisme.
“Mari kita waspada, terutama Aceh Barat dapat terhindar dari ancamam-ancaman intolerasi, radikalisme dan terorisme,” demikian Mukhlisuddin. Hadir pada acara tersebut, Pj. Bupati Aceh Barat Drs. Mahdi Efendi yang diwakili Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Bismi, S.Pd, Dedy Andrian, SE.,MM (Wakil Ketua FKPT Aceh), Dr. Wiratmadinata, SH.,MH (Kabid Media, Hukum dan Humas FKPT Aceh), dan Dr. Sulaiman Tripa. SH., M.H (Kabid Agama, Sosial-Ekonomi, dan Budaya FKPT Aceh).[]