Antisipasi Radikalisme dan Terorisme di Kalbar, FKPT – BNPT Edukasi Kaum Perempuan

Ketua FKPT Kalbar Prof. Dr. H. Wajidi Sayadi menyampaikan laporan kegiatan Perempuan TOP ''Cerdas Digital, Satukan Bangsa" pada Rabu (13/9)

Pontianak, FKPTKalbar – FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) KALBAR memaparkan seminar Perempuan Teladan, Optimis, dan Produktif (TOP) dengan tema ‘Cerdaskan Digital, Satukan Bangsa’  bertempat di Aula BKKBN Provinsi Kalimantan Barat, Jl. Dr. Soedarso, No. 1A Pontianak, Rabu (13/9) kemarin.

Adapun Komitmen kegiatan ini bertujuan memberikan kesadaran bagi perempuan dalam memegang peran penting kiat memerangi Terorisme. Sejatinya wanita memiliki power yang kuat dalam membentengi keluarga dan lingkungan sekitar dari pemahaman yang memicu kerusakan perdamaian NKRI. Senada dengan ungkapan Dr. Istiqomah selaku narasumber daerah dalam workshop tersebut. 

“Perempuan sebagai ibu, istri atau saudara, mereka berada pada posisi yang tepat untuk melindungi anggota keluarga dan lingkungannya dari pemahaman atau ideologi Radikalis” Ungkapnya

Maraknya kasus pengeboman yang terjadi di tanah air tercinta membuat keresahan mendalam bagi kalangan masyarakat Indonesia. Nyatanya, sejak tahun 2000 hingga 2018 rentetan kejadian dalam kurun berdekatan yakni mulai dari  Bom Bali I (2002), Bom JW Marriot (2003), Bom Bali II (2005), Bom Ritz Carlton (2009), Bom Masjid Az-Dzikra Cirebon (2011), Bom Sarinah (2016), Bom Mapolresta Solo (2016), Bom Kampung Melayu (2017), serta Bom Surabaya dan Sidoarjo (2018), hingga perempuan tak luput menjadi pelaku teroris seperti salah satu kasus di Mabes Polri, Jakarta Selatan tahun 2021 silam. 

Karena itu, diharuskannya workshop yang edukatif, sebagai penangkal bagi seseorang menambah wawasan baru terkait bahaya dari tindakan Terorisme, khususnya bidang  perempuan TOP dan anak, menggalakkan kerja sama dengan BNPT, FKPT, BKkbN, pengurus- pengurus organisasi kewanitaan, dan lembaga strategis penanggulangan terorisme baik dari pemerintah setempat yakni Badan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik),  Drs. Manto Saidi, M.Si., TNI/Polri (FKPPI), kepala desa/lurah, dan organisasi-organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan (Fatayat NU dan Aisiyah), Kemensos Program Keluarga Harapan (PKH), ini  merupakan organisasi lintas agama (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu) Kalimantan Barat. 

Diharapkan lewat berbagai organisasi dan lembaga pemerintah setempat akan lebih efektif dalam mengenalkan dan menanggulangi resiko dari aktivitas Terorisme di Indonesia.

Prof.Dr.KH. Wajidi Sayadi, M.Ag., selaku Ketua FKPT KALBAR menjelaskan bahwa pentingnya membentangkan seminar berbasis pemahaman radikal perlu diperluaskan. Mengingat besarnya ancaman dan malapetaka yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan, sudut pandang  perempuan TOP akan lebih mudah  menangkal sikap radikal dalam beragama. 

“Jadi, kegiatan ini semacam workshop. Untuk kegiatan di lapangan, ada ketemu langsung dengan mantan narapidana terorisme. Saya berharap, setelah diadakan workshop ini, tujuan pelaksaannya: Pertama bisa memberikan pemahaman tentang bahaya terorisme melalui ibu-ibu memberi peran yang sangat strategis untuk terwujud sebagai teladan, optimis, dan produktif (TOP) yang dipaparkan dalam materi ini,” Ucap Pamong besar Ilmu Qur’an dan Tafsir.

Menilik problematika sebelumnya yang terjadi tentu membuat kekhawatiran, hingga muncul upaya agar terhindar dari pengaruh bahaya terorisme.

Adapun yang di sampaikan oleh Wajidi perlunya imunisasi Ideologi Untuk Memperkuat haluan Bangsa. Berdasarkan tiga Kecerdasan Wanita meliputi: 1. Kemandirian Nalar; 2. Kemandirian Finansial; dan 3. Kemandirian Emosional. Ini sebuah antivirus yang mesti dimiliki perempuan agar tidak terjebak kecoh pengasong ekstremisme.

Kearifan lokal basis  Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua menjadi tonggak dasar ideologi Pancasila dalam melindungi diri dari terpapar paham ekstremis atau radikal. Selain itu, juga pentingnya menerapkan kearifan lokal sebagai  warisan budaya dalam kehidupan sehari-hari agar menanamkan sikap terbuka dalam lintas agama, seperti gotong-royong.

“Kearifan lokal adalah warisan budaya yang dilanjutkan dari generasi ke generasi seperti nilai-nilai, norma dan adat-istiadat yang berkembang di suatu daerah. Kearifan lokal dapat digunakan sebagai tameng untuk mencegah sikap radikal bahkan teroris sebab meliputi sikap toleransi, gotong-royong dan kerjasama. Sebab, orang yang terpapar pasti tidak akan suka berbaur, terbuka dengan masyarakat lainnya, mereka lebih cenderung melihat tertutup dan menutup diri untuk menjaga identitas aslinya.” Tutup Istiqomah. 

Selain itu, pentingnya cerdas dalam bermedia sosial. Sepertu  aktif menyebarkan pesan positif terkait perdamaian dan toleransi. Dengan bergandeng tangan dan kolaborasi antara semua elemen akan memuluskan jalan pencapaian dalam menepis Terorisme. (Amelia)

Berita ini telah terbit di www.halopontianak.com