Ketua FKPT Jatim Prihatin atas Tragedi Bom SMAN 72: Keluarga Jadi Benteng Utama Cegah Kekerasan dan Bullying

Fkptcenter.id – Surabaya, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Prof. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag., menyoroti insiden ledakan bom rakitan di SMA Negeri 72 Jakarta yang dilakukan oleh seorang siswa yang diduga menjadi korban perundungan (bullying). Ia menegaskan bahwa keluarga memiliki peran utama dalam membentuk karakter anak yang moderat, toleran, dan berkepribadian kuat di tengah arus perubahan sosial yang kompleks.

Menurut Prof. Husniyatus, kejadian ini menjadi alarm serius bagi semua pihak, khususnya orang tua, pendidik, dan masyarakat luas.

“Keluarga adalah benteng pertama dan garda terdepan dalam membentuk karakter anak. Ketika anak tidak mendapatkan dukungan emosional yang sehat di rumah, mereka menjadi rentan terhadap tekanan sosial, termasuk tindakan kekerasan atau bahkan ideologi ekstrem,” ujarnya, Minggu (9/11/2025).

Ia juga menyesalkan adanya praktik bullying yang menjadi salah satu pemicu kasus ini.

“Semua bentuk perundungan, baik verbal maupun nonverbal, tidak bisa dibenarkan. Bullying merusak mental anak dan menumbuhkan bibit kebencian yang bisa berujung pada tindakan berbahaya,” tegasnya.

Prof. Husniyatus menambahkan, sekolah dan lingkungan sosial juga harus menjadi ruang aman dan inklusif bagi anak-anak untuk tumbuh.

“Guru dan teman sebaya harus menjadi bagian dari ekosistem yang menumbuhkan empati, bukan menormalisasi kekerasan verbal dan sosial,” ujarnya.

Lebih lanjut, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu menekankan pentingnya penguatan literasi digital dan pendidikan karakter berbasis moderasi beragama di sekolah.

“Anak-anak kita hidup di era di mana informasi dan pengaruh bisa datang dari mana saja. Maka, pendidikan karakter dan bimbingan keluarga menjadi kunci agar mereka mampu memilah mana yang benar dan mana yang menyesatkan,” tambahnya.

Ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peka terhadap tanda-tanda gangguan psikologis dan sosial pada anak muda.

“Daripada menilai atau menghakimi, mari kita rangkul. Tindakan preventif jauh lebih efektif daripada penanganan setelah terjadi tragedi,” tutupnya.